Beranda » Blog » KELOR SUPERFOOD

KELOR SUPERFOOD

Diposting pada 24 June 2021 oleh hendri / Dilihat: 696 kali

Cibinong, Humas LIPI. Sudah sejak lama masyarakat Indonesia mengenal khasiat daun kelor (Moringa oleifera L.). Kelor umumnya dikonsumsi sebagai sayuran maupun ramuan tradisional. Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi angka kecukupan gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh, bahkan kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani. “Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain, bahkan dengan susu sapi sekalipun,” ungkap Ridwan peneliti bidang fisiologi tumbuhan dari Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Ridwan menjelaskan bahwa selama ini sumber kalsium bagi manusia yang dikenal luas oleh masyarakat berasal dari susu. Padahal, kandungan kalsium susu sapi sekitar 143mg/100gr. Sedangkan berdasarkan literatur, kandungan kalsium daun kelor kering bisa mencapai 17 kali lipatnya. “Kami pernah menganalisa dan membandingkan kandungan kalsium daun kelor dari beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya bahkan ada yang mencapai hampir 21 kali lipatnya, yaitu 3000mg/100gr. Tapi, hasilnya memang variatif, ujar Ridwan.

Tak hanya itu, tanaman yang mendapat julukan The Magic Tree dari World Healthy Organization (WHO) ini pun memiliki kandungan protein yang setara dengan kacang-kacangan pada umumnya, yaitu sekitar 27%, memang masih kalah jika dibandingkan dengan biji kedelai yang mencapai 36%. Namun, pada tanaman kelor tetraploid yang kami dapatkan dari penelitian sebelumnya, kandungan proteinnya meningkat menjadi 30-34%, atau sudah lebih mendekati kandungan protein biji kedelai”, tambah Ridwan.

Selain kandungan nutrisinya, tanaman kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, anti obesitas, dan anti kolesterol. “Saat ini, kami sedang melakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder tanaman kelor dengan pendekatan ekofisiologi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan produksi tanaman kelor yang tinggi dengan kandungan nutrisi dan metabolit sekunder yang tinggi dan stabil,” ungkap Ridwan. Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati). Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang lebih komplek dan sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran karena masih sedikit (15%) yang telah berhasil diisolasi sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi (mahal harganya).

Perbanyakan tanaman kelor dalam upaya budidayanya dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek batang dan generatif dengan biji. “Perbanyakan dengan stek batang dan biji masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Perbanyakan dengan stek batang bisa menghasilkan produksi daun dan buah yang lebih cepat. Namun, dalam usaha budidaya yang intensif dan luas, pemenuhan kebutuhan batang sebagai bahan stek akan menjadi masalah. Hal ini karena batang yang digunakan untuk stek dengan probabilitas keberhasilan yang tinggi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria, seperti batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, panjang 1 meter, dan diameter 5-10 cm. Selain itu, akar yang terbentuk tidak terlalu kuat sehingga lebih gampang roboh. Perbanyakan dengan biji lebih aplikatif pada aktivitas budidaya yang intensif. Viabilitas biji cukup tinggi, akar yang terbentuk kuat sehingga tidak mudah roboh, dan penanaman lebih mudah. Meskipun panen daunnya relatif cepat (mulai 3-4 bulan setelah tanam), namun untuk produksi buah jauh membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 1,5-2 tahun tergantung kondisi lingkungan tumbuhnya. Untuk perawatannya, tanaman kelor sebenarnya tidak terlalu susah. Pengairan secukupnya, yang penting jangan sampai tergenang, karena tanaman kelor sangat rentan terkena penyakit busuk akar.

Saat ini, permintaan untuk ekspor tanaman kelor terutama daunnya sudah sangat banyak, seperti dari Jepang, Amerika, Afrika, Korea Selatan, Spanyol, dan Jerman. Namun, permintaan yang besar tersebut disertai dengan syarat kualitas yang tinggi terkait tampilan dan kandungan dari produk tanaman kelor tersebut. Hal ini lah yang perlu kita jawab sebagai peneliti, bagaimana menyiapkan teknologi budidaya tanaman kelor yang aplikatif, berproduksi tinggi, tampilan prima, dan kandungan gizi dan senyawa bioaktifnya yang optimal sehingga memiliki kualitas layak ekspor. Dengan demikian, tanaman kelor dapat diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat (sa).

 

SUMBER : http://www.biologi.lipi.go.id/

Bagikan ke

KELOR SUPERFOOD

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

KELOR SUPERFOOD

Chat via Whatsapp

Ada yang ditanyakan tentang produk sinergi herba?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Hendri
● online

● online

● online
Hendri
● online
Halo, perkenalkan saya Hendri
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: